Ini merupakan perjalanan pertama saya ke Bukittinggi. Kebetulan, sejak lama saya ingin sekali ke Bukittinggi dan akhirnya kesampaian bahkan perjalanan ini saya lakukan ketika baru 4 hari di Pekanbaru! Sampai-sampai salah satu pegawai di kantor saya bilang "Wah, belom seminggu di sini (Pekanbaru) udah jalan-jalan." Haha. Awalnya, saya dan ibu saya berencana pergi ke Bukittinggi hari Sabtu pukul 10.00 tetapi secara tiba-tiba teman saya yang tinggal dan asli Bukittinggi menelepon saya agar saya berangkat yang pukul 20.00 hari Jumat. Hal ini dikarenakan pada hari Sabtu, adik teman saya itu ingin jalan-jalan ke Istana Pagaruyung, maka apabila saya berangklat Sabtu pagi, teman saya dan keluarganya batal liburan ke Istana Pagaruyung. Maka dengan sangat mendadak, saya menelepon ibu saya agar mengubah jadwal travel kami dari yang Sabtu pukul 10.00 menjadi Jumat pukul 20.00. Saya awalnya ragu ketika memberitahukan hal ini kepada ibu saya karena saya yakin ibu saya akan tidak setuju mengingat kami tidak mengenal daerah Pekanbaru-Bukittinggi dan malam pula perjalanannya. Tapi secara mengejutkan ibu saya langsung menyetujui bahkan langsung menghubungi pihak travel.
Maka dengan buru-buru saya kembali ke kos saya dan memulai beres-beres. Oh Allah! Sebelum pukul 20.00 mobil travel menjemput saya di kos saya (yap, travel disini memang antar-jemput para penumpangnya) dan dimulailah perjalanan dari Pekanbaru ke Bukittinggi. Pada saat itu, penumpang travel hanya terdiri atas saya, ibu saya dan seorang ibu beserta anaknya yang masih balita. Sepanjang perjalanan ke Bukittinggi, saya tidak dapat tidur karena medan jalannya begitu "wah" alias menantang. Jalan yang berkelok yang belum kita kenal harus kami lewati pada malam hari. Pada awal perjalanan, sang supir memutar lagu-lagu milik Chrisye. Menyenangkan sekali! Tapi ketika melawati suatu tempat, tiba-tiba san supir berkata ke ibu saya "Sebelah kiri ini jurang Bu", salah banget ini pak supir ngasih tau ke ibu saya tentang jurang ketika ibu saya lagi senewen, haha. Dan parahnya tidak lama kemudian lagu yang diputar adalah lagunya Ebiet G. Ade yang seperti kita tahu, lagu-lagu beliau merupakan lagu langganan yang diputar di stasiun-stasiun TV ketika ada bencana nasional skala besar. Bayangkan, pak supir bilang sebelah kiri jurang dan ditemani oleh lagu Ebiet G. Ade. Tetapi akhirnya playlist itu diganti kembali ke lagu-lagu Chrisye. Yay!
Apabila Anda akan menggunakan travel dari Pekanbaru ke Bukittinggi, jangan heran apabila supirnya dua kali (atau mungkin lebih) berhenti di tempat-tempat makan yang di sana disebut "Sanjai". Sanjai ini sama seperti warung makan yang ada di sepanjang jalur Puncak, Purwakarta atau Pantura. Sekali waktu supir berhenti memakan waktu sekitar setengah jam. Supir yang mengemudikan travel saya berhenti dua kali jadi total hanya untuk perbehentian adalah satu jam! Kabarnya hal ini dilakukan krn memang ada kerja sama dgn pihak warung makan di sepanjang jalan itu. Jadi katanya mereka bisa dpt semacam komisi apabila banyak penumpang travel yang mampir dan berbelanja atau makan. Tapi karena saya dan ibu saya belum pernah naik travel ini jadinya kami bingung kenapa supirnya sering sekali berhenti. jadi jangan heran kalo kami jadi resah dan gelisah. Haha
Hari Pertama di Bukittinggi
Akhirnya sekitar pukul 3.30 (yap se-subuh itu) kami tiba di Bukittinggi, tepatnya di rumah salah satu teman saya, kami tiba. Jujur saya sebenernya ga enak untuk menginap di rumah temen saya tapi berhubung dia sedikit memaksa jadi apa daya. Alesan! Ketika tiba di rumah teman saya, kami langsung disuguhi teh manis hangat. Kedua orang tuanya juga ikut bangun loh.
Setelah itu kami langsung ke kamar untuk tidur tetapi pukul 07.00 saya sudah terbangun. Bangun-bangun sudah tersedia sarapan berat. Berat karena sudah terdiri nasi putih beserta lauk pauk khas Minang.Sekitar pukul 09.00 kami berangkat menuju Istana Basa Pagaruyung atau yang biasanya kita kenal sebagai Istana Pagaruyung.
Rumah teman saya tidak benar-benar terletak di pusat kota Bukittinggi, jadi rumahnya terletak yaaaa sekitar 10 menit dari pusat kotanya. Oya nama teman saya itu Dayat dan pusat kota yang saya maksud adalah pusat kota dalam skala kota kecil ya bukan dalam skala Jakarta. Berhubung ke Istana Pagaruyung harus melewati pusat kota Bukittinggi maka kami melewati Jam Gadang yang terkenal itu. Kami hanya sekadar melewati tanpa berhenti karena baru esoknya (hari Minggu) kami akan akan berkunjung ke Jam Gadang. Sekilas saya agak kecewa karena saya pikir Jam Gadang adalah landmark yang megah tapi ternyata tidak. Tapi walaupun begitu, Jam Gadang tetap terlihat menarik.
Ini merupakan Kue Bika yang menggunakan gula putih. Rasanya mirip kue pancong tetapi yang ini juga menambhakan kalapa parut ke dalam adonannya.
Sedangkan yang ini merupakan Kue Bika yang menggunakan gula aren dan pisang. Rasanya jangan ditanya, enak banget!! Kue Bika ini terasa sekali pisangnya dan juga wanginya enak banget. Saya sampai merem pas makan kue ini. Kalau tidak salah harga per buahnya itu Rp3.000
Sedangkan foto diatas adalah suasana di dalam warung Kue Bika ini. Sayangnya saya lupa nama warung ini apa (maaf ya). Kalau dilihat lewat foto di atas, pasti Anda sudah tau kan kalo Kue Bika dibakar dengan menggunakan kayu bakar dan masih tradisional. Jadi api yang memanggang atau membakar Kue Bika itu itu terletak di atas dan di bawah cetakan Kue Bika. Oya, salah satu yang saya sadari adalah hal yang umum untuk menggunakan kayu bakar dalam proses pemasakan di daerah-daerah yang saya lewati.
Foto di atas pemandangan di balik warung yang menjual Kue Bika. Indah kan? Tapi saya tidak tahu apa nama gunung yang melatarbelakanginya.
Perjalanan ke Istana Paguruyung
Setelah mampir sebentar di warung Kue Bika itu, kami langsung menuju Istana Pagaruyung. Faktanya adalah ternyata dari Bukittinggi ke Istana Pagaruyung, kami melewati banyak sekali kota yang ada di Sumatera Barat, yaitu Koto Baru, Solok dan Padang Panjang. Sebenarnya perjalanan hanya selama 2 jam tapi ternyata melewati kota-kota tersebut.
Sebelum kami sampai ke Istana Pagaruyung, kami mampir dulu untuk makan siang yang kepagian (karena jam 11) di pinggir Danau Singkarak. Danau Singkarak terlihat tenang dan diselimuti kabut karena memang pada hari itu cuaca kurang cerah. Inilah Danau Singkarak ketika saya makan siang.
Apabila Anda akan menggunakan travel dari Pekanbaru ke Bukittinggi, jangan heran apabila supirnya dua kali (atau mungkin lebih) berhenti di tempat-tempat makan yang di sana disebut "Sanjai". Sanjai ini sama seperti warung makan yang ada di sepanjang jalur Puncak, Purwakarta atau Pantura. Sekali waktu supir berhenti memakan waktu sekitar setengah jam. Supir yang mengemudikan travel saya berhenti dua kali jadi total hanya untuk perbehentian adalah satu jam! Kabarnya hal ini dilakukan krn memang ada kerja sama dgn pihak warung makan di sepanjang jalan itu. Jadi katanya mereka bisa dpt semacam komisi apabila banyak penumpang travel yang mampir dan berbelanja atau makan. Tapi karena saya dan ibu saya belum pernah naik travel ini jadinya kami bingung kenapa supirnya sering sekali berhenti. jadi jangan heran kalo kami jadi resah dan gelisah. Haha
Hari Pertama di Bukittinggi
Akhirnya sekitar pukul 3.30 (yap se-subuh itu) kami tiba di Bukittinggi, tepatnya di rumah salah satu teman saya, kami tiba. Jujur saya sebenernya ga enak untuk menginap di rumah temen saya tapi berhubung dia sedikit memaksa jadi apa daya. Alesan! Ketika tiba di rumah teman saya, kami langsung disuguhi teh manis hangat. Kedua orang tuanya juga ikut bangun loh.
Setelah itu kami langsung ke kamar untuk tidur tetapi pukul 07.00 saya sudah terbangun. Bangun-bangun sudah tersedia sarapan berat. Berat karena sudah terdiri nasi putih beserta lauk pauk khas Minang.Sekitar pukul 09.00 kami berangkat menuju Istana Basa Pagaruyung atau yang biasanya kita kenal sebagai Istana Pagaruyung.
Rumah teman saya tidak benar-benar terletak di pusat kota Bukittinggi, jadi rumahnya terletak yaaaa sekitar 10 menit dari pusat kotanya. Oya nama teman saya itu Dayat dan pusat kota yang saya maksud adalah pusat kota dalam skala kota kecil ya bukan dalam skala Jakarta. Berhubung ke Istana Pagaruyung harus melewati pusat kota Bukittinggi maka kami melewati Jam Gadang yang terkenal itu. Kami hanya sekadar melewati tanpa berhenti karena baru esoknya (hari Minggu) kami akan akan berkunjung ke Jam Gadang. Sekilas saya agak kecewa karena saya pikir Jam Gadang adalah landmark yang megah tapi ternyata tidak. Tapi walaupun begitu, Jam Gadang tetap terlihat menarik.
Belum sejam perjalanan, kami berhenti di daerah yang kalau tidak salah bernama Koto Baru di depan warung kecil penjual Kue Bika. apa itu Kue Bika? Jadi Kue Bika adalah kue khas Koto Baru (kalau tidak salah). Ada dua macam Kue Bika, yaitu yang menggunakan gula aren dan pisang dan yang satu lagi menggunakan gula putih. Inilah Kue Bika itu.
Ini merupakan Kue Bika yang menggunakan gula putih. Rasanya mirip kue pancong tetapi yang ini juga menambhakan kalapa parut ke dalam adonannya.
Sedangkan yang ini merupakan Kue Bika yang menggunakan gula aren dan pisang. Rasanya jangan ditanya, enak banget!! Kue Bika ini terasa sekali pisangnya dan juga wanginya enak banget. Saya sampai merem pas makan kue ini. Kalau tidak salah harga per buahnya itu Rp3.000
Sedangkan foto diatas adalah suasana di dalam warung Kue Bika ini. Sayangnya saya lupa nama warung ini apa (maaf ya). Kalau dilihat lewat foto di atas, pasti Anda sudah tau kan kalo Kue Bika dibakar dengan menggunakan kayu bakar dan masih tradisional. Jadi api yang memanggang atau membakar Kue Bika itu itu terletak di atas dan di bawah cetakan Kue Bika. Oya, salah satu yang saya sadari adalah hal yang umum untuk menggunakan kayu bakar dalam proses pemasakan di daerah-daerah yang saya lewati.
Foto di atas pemandangan di balik warung yang menjual Kue Bika. Indah kan? Tapi saya tidak tahu apa nama gunung yang melatarbelakanginya.
Perjalanan ke Istana Paguruyung
Setelah mampir sebentar di warung Kue Bika itu, kami langsung menuju Istana Pagaruyung. Faktanya adalah ternyata dari Bukittinggi ke Istana Pagaruyung, kami melewati banyak sekali kota yang ada di Sumatera Barat, yaitu Koto Baru, Solok dan Padang Panjang. Sebenarnya perjalanan hanya selama 2 jam tapi ternyata melewati kota-kota tersebut.
Sebelum kami sampai ke Istana Pagaruyung, kami mampir dulu untuk makan siang yang kepagian (karena jam 11) di pinggir Danau Singkarak. Danau Singkarak terlihat tenang dan diselimuti kabut karena memang pada hari itu cuaca kurang cerah. Inilah Danau Singkarak ketika saya makan siang.
Setelah makan siang di Danau Singkarak kami menuju ke Istana Pagaruyung. Tidak memakan waktu lama, sekitar jam 12 kami sudah tiba di Istana Pagaruyung. Wow! Istana Pagaruyung begitu megah nan anggun. Ada "kebesaran" yang tidak dapat saya jelaskan. Sayangnya, para pengunjung tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam Istana Pagaruyung, kami hanya diperbolehkan berada di luar. Hal ini cukup mengecewakan saya karena saya yakin interior istana tersebut menarik untuk dinikmati. Mungkin hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada Istana Pagaruyung mengingat beberapa tahun lalu, istana megah ini terbakar habis dan baru dibangun kembali. Kabarnya istana ini dibangun kembali atas prakarsa Jusuf Kalla mengingat istri beliau berasal dari Batusangkar, kota dimana Istana Pagaruyung berada.
Oya, di area Istana Pagaruyung juga terdapat bangunan, yaitu "karangkiang" (kalau tidak salah), yaitu tempat untuk menyimpang hasil panen seperti padi. Selain itu juga terdapat taman dan di belakan istana ini terdapat kolam. Sayangnya di samping Istana Pagaruyung terdapat arena permainan yang sedikit menganggu keindahan. Berikut ini adalah beberapa foto yang saya ambil di area Istana Pagaruyung.
Istana Pagaruyung
Eksterior di langit-langit tangga utama Istana Pagaruyung.
Bagian belakang Istana Pagaruyung.
Istana Pagaruyung dan karangkiang-nya.
Kolam di belakang Istana Pagaruyung, rumah gadang yang
menjadi latar belakang sepertinya tempat hiburan.
Ornamen eksterior Istana Pagaruyung
Dapur Istana Pagaruyung
Karangkiang di Istana Pagaruyung, tempat menyimpan hasil panen.
Bagaimana? Bagus kan Istana Pagaruyung. Kami di sana tidak lama, maka setelah keliling sebentar, kami memutuskan kembali ke Bukittinggi tetapi sebelum menuju ke mobil saya melihat ada pedagang kaki lima yang menjual novel-novel sastra klasik. Langsung tergiurlah saya, mengingat sudah lama saya ingin membaca novel-novel tersebut dan saat ini cukup susah mencarinya kecuali memesan langsung di Balai Pustaka. Akhirnya setelah menawar cukup keras, saya mendapat lima buah novel dengan total harga sebesar Rp90.000. Novel-novel tersebut adalah Siti Nurbaa, Salah Asuhan, Azab dan Sengsara, Sengsara Membawa Nikmat dan Di Bawah Lindungan Ka'bah. Tapi apesnya, saya baru mengetahui di Pekanbaru apabila beberapa novel tersebut palsu. Tapi yasudahlah.
Kembali ke Bukittinggi dan Hari Kedua di Kota Jam Gadang
Ketika ingin kembali ke Bukittinggi kami mampir terlebih dahulu di sebuah warung kecil yang menjual minuman khas Batusangkar, yaitu Kawa Daun. Kawa Daun ini dibuat dari daun kopi yang direbus, rasanya hampir seperti kopi tetapi lebih ringan. Inilah penampakan Kawa Daun.
Kawa Daun
Jadi menikmati minuman ini memang enak bersama gorengan dan pisang goreng yang dijual di sana luar biasa enaknya. Mungkin pisang goreng terenak yang pernah saya makan. Murah pula.
Keesokan harinya, kami pergi ke pusat kota Bukittinggi. Kami langsung menuju Jam Gadang. Jujur loh saya menghayal kalo Jam Gadang itu seperti Big Ben di London (yaiya masa disamain). Tapi harus diakui ada jejak-jejak kehebatan masa lalu pada Jam Gadang itu sendiri. Uniknya pula berhubung angka yang terdapat di Jam Gadang adalah angka romawi namun khusus untuk angka empat, bentuk angka romawinya bukan seperti yang biasa kita kenal (IV) tetapi IIII. Saya tidak tahu apa alasan di balik angka tersebut. tapi saya juga cukup kecewa kalo kami, pengunjung, tidak diperbolehkan masuk ek dalam Jam Gadang. Di sekitaran Jam Gadang juga terdapat dua pasar yang terkenal di Bukittinggi, yaitu Pasar bawah dan Pasar Atas. Saya hanya sempat ke Pasar Atas yang menjual cukup beragam barang, mulai dari oleh-oleh berupa pakaian sampai makanan hingga restoran cepat saji.
Jam Gadang
Pemandangan kota Bukittinggi dari pelataran Jam Gadang.
Latar belakang Gunung Marapi
Pisang Kapi', tengahnya diisi unti
Pada pukul 2 siang saya dan ibu saya meninggalkan Bukittinggi dan baru tiba di Pekanbaru sekitar pukul 11 malam! Lelah dan cukup mengesalkan perjalanan pulang saya dari Bukittinggi ke Pekanbaru. Sekian cerita saya selama 2 hari di Bukittinggi.
mantap mas, senang sudah berbagi
ReplyDeleteyang bener itu "rangkiang" mas...
ReplyDeletebukan karangkiang...
trus pisangnya namanya pisang kapik...bukan pisang kapi'
hehehe...
nice share anyway :)
Oh Rangkiang ya? Soalnya sata dikasih tau tmn saya namanya karangkiang :) Tp terima kasih ya atas koreksinya.
Deletesalam.
ReplyDeletesaya sarah dari kedah,malaysia.
bisa email tak dengan awak,nak tanya details.
aimisarah.abdullah@gmail.com
thanks..
Mungkin lewat gtalk?
DeleteSalam saya fawena dr johor. Bleh bantu gi mana mau booking travel dr pekan baru ke bukit tinggi. Mau pamit ke pekan baru 19 feb ini
ReplyDeleteMaybe you can call +62761854475. This is a recommended "travel" from Bukittinggi to Pekanbaru, vice versa
Delete