Monday, January 7, 2013

Pekanbaru

Selamat siang!

Ini merupakan artikel saya yang kedua! Kali ini saya akan membahas mengenai perjalanan saya ke kota Pekanbaru, ibukota propinsi Riau. Oh oke, sebenarnya bukan perjalanan tetapi lebih tepatnya adalah pindah karena tugas kantor. Kebetulan saya adalah lulusan dari salah satu kampus yang mengharuskan lulusannya mengikuti ikatan dinas. Ini merupakan mutasi atau pindah atau penempatan pertama saya.

Saya masih ingat sehari sebelum pengumuman penempatan ini, saya merasa sangat gugup, kepala cenat-cenut, jantung berpacu melodi (alias sangat deg-degan) walaupun pada akhirnya saya tetap bisa tidur satu malam sebelum pengumuman penempatan. Pada siang hari sebelum penempatan entah kenapa secara insting saya merasa bahwa saya akan mendapatkan penempatan di Pekanbaru. Salah satu buktinya adalah mengecek situs salah satu jaringan bioskop di Indonesia apakah di Pekanbaru ada bioskop mereka. Hal ini saya lakukan karena saya cinta film, maka bioskop adalah salah satu titik krusial bagi hidup saya, selain tentunya makanan dan TV. Oke, ternyata di Pekanbaru ada bioskop! "Up-to-date" pula film-filmnya!! Selain Pekanbaru, kota lain yang saya cek bioskopnya adalah Pontianak tetapi entah kenapa saya merasa yakin tidak akan mendapatkan penempatan disana.

Ketika hari H, yaitu hari pengumuman penempatannya ternyata memang saya mendapatkan Pekanbaru. Sedih? Tidak. Kenapa? Karena ternyata saya mendapatkan teman-teman penempatan yang memang cukup asik. Kaget? Jujur iya karena tetap saja biarpun insting saya mengatakan saya akan mendapatkan Pekanbaru, saya tetap kaget.

Oke, langsung kepada intinya, yaitu Pekanbaru.

Pada tanggal 31 Desember 2012, tepatnya hari Senin sehari sebelum Tahun Baru 2013. Saya beserta kedua teman saya dan ibu saya (iya, ibu saya, i-kut me-ngan-tar!) berangkat ke Pekanbaru pada pagi hari dan pada pukul 10.10 saya sudah mendarat di Bandara Sultan Syarif Kassim II yang merupakan bandara Pekanbaru. Kalau tidak salah dulu namanya adalah Bandara Simpang Tiga yang entah kenapa nama ini yang justru saya suka.

Ketika turun dari pesawat, hal pertama yang saya sadari adalah bandaranya. Kecil sekali mak! Tetapi biarpun kecil, bandaranya bagus dan terlihat seperti baru dibangun. Kami, para penumpang, menaiki bus bandara menuju ke bandara dan yang menarik adalah sejauh saya sadari ternyata hanya ada satu eskalator dan kepala saya hampir terbentur ketika menggunakan eskalator itu. Rendah banget plafonnya.

Ketika saya dan kedua teman saya sedang menunggu bagasi, saya pastinya mengobrol dengan mereka dengan bahasa yang biasa kami pakai, yaitu "lo" dan "gue" alhasil kami langsung diliatin sama banyak penumpang yang saat itu sama-sedang menunggu bagasi. Saya sempat sebal tetapi kemudian saya sadar kalo disini sudah bukan lagi di Jakarta, tetapi di Pekanbaru dimana bahasanya tidak menggunakan bahasa "lo" dan "gue". Tapi yang namanya saya itu bebal, saya tetap aja berbicara dengan "lo" dan "gue".

Pada saat itu, kami dijemput oleh pegawai kantor baru kami. Pada saat menunggu pegawai kantor kami yang saat itu mengantar ibu saya dan seorang saya terlebih dahulu, saya dan seorang teman saya memulai kegiatan orang jaman sekarang, yaitu foto-foto!! Kami langsung berfoto di depan bandara. Inilah foto-fotonya.









Kalau kata teman saya yang melihat foto ini bilang kalau bandaranya terlihat seperti mall! Haha. Yah, mungkin agak benar. Tapi satu hal yang pasti bandaranya beserta parkirannya sangat bersih. Hal yang jarang terjadi di Indonesia apalagi Jakarta.

Sambil menunggu bapak pegawai itu kembali menjemput kami, kami duduk-duduk di ruang tunggu. Saya terkejut ternyata ada taksi Blue Bird di Pekanbaru!! *norak* Selain itu ada 3 taksi selain Blue Bird. Hanya dua taksi yang saya ingat dari  tiga aksi tersebut, yaitu Riau Taksi (berwarna abu-abu) dan Taksi Puskopau (berwarna biru telur asin, yang katanya milik koperasi TNI AU).

Ketika bapak pegawai itu kembali dan menjemput kami, saya cukup kaget karena bandara Sultan Syarif Kassim II langsung terhubung dengan jalan utama kota Pekanbaru. Sepanjang perjalanan saya menemukan beberapa nama yang ada di Jakarta, seperti KFC, Pizza Hut dan sebagainya. Ternyata Pekanbaru tidak semenyedihkan itu walaupun sebenarnya saya jarang makan di restoran-restoran itu meskipun di Jakarta. Maklum belum mampu :)

Kami tidak langsung menuju kantor tetapi melihat kos-kosan yang ada di sekitar kantor. Setalh melihat-lihat kos, kami langsung ke kantor kami dan ternyata sepertinya kalau dari bandara ke kanor kami hanya 15-20 menit! Yap, sedekat itu. Pada intinya Pekanbaru jalannya hanya lurus tanpa belok-belok. Cukup kecil sebenarnya.

Hari itu juga kami main ke mall! Hhmmm, sebenernya bukan mall kali ya kalau untuk ukuran Jakarta tetapi kalau disini ya termasuk mall. Ini fotonya!



Agak sedih ya fotonya? Kabel listrik bergelimpangan di langit dan biarpun menjelang magrib tapi tetep aja terang kalo disini.

Makanan

Faktanya makanan di Pekanbaru itu mahal. Lebih mahal dari Jakarta loh. Barusan saya makan nasi rames yang isinya ada telor ceplok dan oseng sayur, semua harus dibayar sebesar Rp10.000! Bayangkan itu! Oh Jakarta, hamba merindukanmu. Di Pekanbaru ini banyak tempat makan nasi padang atau yang biasanya disebut Ampera, Masakan Minang, yang makanannya serba 6 ribu atau 7 ribu. Saya sih belum pernah coba, paling kalo ke tempat makan seperti itu saya hanya beli nasinya aja. Maklum anak kos, jauh dari orang tua dan terbiasa gratis. Haha.

Oya porsi nasi di sini itu dikit kali bah!!! Cuma cukup beberapa sendok dan parahnya yang saya bicarakan di sini adalah ukuran perut saya. Selain itu disini makanannya bisa dibilang dimana-mana bersantan dan jarang yang namanya sayur tanpa santan. Gado-gado pun isinya mie, tahu, lontong dan sayurnya sedikit juga. Ada bayam tapi dibikin keripik. Ada urap tapi lebih banyak kelapanya daripada sayurnya. Aduh! Selain bersantan, makanannya juga asin. Kalau tidak bersantan, ya asin.

Uniknya disini, masakan banyak menggunakan ubi atau singkong. Misalnya, saya pernah makan Ketupek Gule Pakis, isinya itu gulai pakis, ketupat (yang cukup mantap), mie kuning, tahu dan sejenis singkong. Unik. Disini juga sambal ijo di rumah makan padangnya juga enak. Kalau di Jakarta tidak pedas dan cenderung asin, di Pekanbaru itu asam tpi tidak terlalu pedas, jadi sambalnya itu bikin melek.


Kalau di Malang atau mungkin Jakarta sudah biasa yang namanya keripik buah seperti apel dan nangka, di Pekanbaru ada keripik jambu merah loh!! Manisnya samar dan memang ada rasa jambu merahnya sedikit begitu juga wanginya. Ini dia fotonya!



Selain keripik jambu merah, juga ada keripik buah naga (aaah saya belum coba ini) dan yang cukup banyak adalah keripik nanas. Oya disini juga penghasil lempo atau dodol duren. Enak loh!

Omong-omong angkot disini seringkali ditemani musik "house music" yang buat saya cukup menganggu tapi karena beda daerah beda budaya ya kan. Jadi nikmati aja. Oya angkot disini disebutnya "oplet".

Hal yang saya sangat senangi dari kota ini adalah kemana-mana dekat dan tidak ada macet! Maklum tingkat kejenuhan saya kepada Jakarta sudah sangat tinggi. Mungkin lebih tepatnya, saya sudah muak!! Haha. Hal yang saya tidak sukai adalah Pekanbaru SANGAT PANAS, sampai-sampai panasnya seperti menusuk kulit dan disini juga tidak banyak pohon terutama pohon yang rindang.

Saya belum banyak menjelajah kota ini sebenarnya. Jadi apabila ada cerita yang menarik tentang Pekanbaru akan saya bagikan kepada Anda.

Sekian cerita saya sementara ini tentang Pekanbaru.

No comments:

Post a Comment