Thursday, May 23, 2013

Ulasan Film: Evil Dead

      


Pemain: Jane Levy, Shiloh Fernandez, Lou Taylor Pucci, Jessica Lucas, 
               Elizabeth Blackmore

Sutradara: Fede Alvarez

      Awalnya saya skeptis banget film ini bisa tayang di Pekanbaru secara reguler (karena hanya tayang di jam midnight saja), maklmu film-fillm yang tayang di kota ini cenderung "mainstream". Tapi kemarin saya cukup kaget Evil Dead tayang bahkan tayang di bioskop non 21 yang ada di seberang kantor saya.

       Evil Dead yang rilis tahun ini merupakan remake dari The Evil Dead yang rilis tahun 1981. Maka sebelum saya menonton versi remake-nya, saya memutuskan untuk menonton versi aslinya beberapa hari yang lalu. Bagi saya, versi aslinya untuk tahun 1981 merupakan sebuah film horor/slasher yang lumayan bikin ngeri karena kesadisannya, selain itu juga lumayan lucu karena para wanita yang dirasuki iblis bertingkah serem tapi lumayan lucu. Padahal buat saya pribadi ga ada satu pun film horor/slasher jadul/klasik Hollywood yang pernah bener-bener bikin saya bergidik. Oya versi asli Evil Dead ini disutradarai oleh Sam Raimi yang membesut tiga film pertama dari Spider-Man loh. Oke, lalu bagaimana dengan versi remake ini?

      Film ini dibuka dengan adegan seorang gadis yang ditangkap lalu diikat dan dibakar hidup-hidup oleh ayahnya dan beberapa orang karena dianggap telah dirasuki oleh iblis. Cerita kemudian berlanjut ke kisah lain, yaitu ketika sekumpulan anak muda berkumpul di sebuah kabin tua untuk membantu Mia (Jane Levy) untuk membersihkan dirinya dari narkoba. Dalam kumpulan itu kakak laki-lakinya beserta pacaranya dan kedua sahabatnya. Ketika mereka tinggal beberapa saat di dalam kabin tersebut, mereka mencium bau tidak sedap yang datang dari basement kabin tersebut dan ketika mengecek tempat tersebut, ternyata terdapat banyak bangkai tikus di dalamnya dan salah satu sahabat Mia menemukan buku tua dan ketika membawanya ke kamar, ia membaca secara diam-diam dan merapal mantra terlarang yang ada di dalamnya. Dan sejak saat itu kejadian mengerikan (dan juga sangat sadis terjadi)

      Ketika Mia berusaha kabur karena merasa bahwa hal aneh terjadi di sekitar kabin dan mobilnya terperosok ke dalam sebauh kolam, ia terjebak dalam hutan yang ternyata hidup dan membelitnya. Ketika ia kembali ke kabin semua menjadi kacau balau. Ia kerasukan iblis dan menulari tokoh-tokoh wanita lainnya.

      Jujur, sepanjang film ini saya merasa tidak nyaman karena bagi saya film ini kelewat sadis bahkan ketika filmnya sudah disensor oleh LSF sekalipun. Adegan lidah yang di'cutter merupakan adegan yang berhasil membuat saya goyang2 di kursi (bukan, bukan ajojing) dan menutup mata dengan kedua telapak tangan saya. Selain itu adegan memotong lengan dengan pemotong steak elektrik juga meringis.

      Tapi terlepas dari itu, harus diakui sinematografi film ini cukup cantik, terutama ketika adegan akhir ketika hujan darah. Bayangkan hujan darah yang begitu "cantik" dan Mia memakai gaun mini warna merah! Buat saya sih cantik. Selain adegan hujan darah tersebut, saya menyukai adegan di tengah hutan ketika mobil Mia terperosok. Ada kesan suram, seram tapi indah.

     Pujian khusus harus saya alamatkan kepada aktris utamanya, Jane Levy, yang tampil memukau di tengah film yang menawarkan sadisme tak henti. Tatapan mata beserta ekspresi wajahnya ketika memberi tahu kakaknya bahwa mereka harus segera mungkin meninggalkan kabin benar-benar penampilan yang wow buat saya. Dan senyumannya ketika ia dan kakaknya terhadang banjir yang menghancurkan jembatan juga berhasil membuiat saya merinding. Levy bukan tipikal aktris utama di film sejenis yang biasanya membuat karakter mereka menjadi bodoh dan mudah dilupakan.

    Mungkin apabila Levy tidak tampil sememukau itu dan sinematografinya tidak secantik itu, saya yakin film ini hanya akan menjadi film remake horor/slasher yang sampah dan ga akan ada bedanya dengan film "kejar bacok teriak kejar bacok" lainnya. Tidak semenarik versi aslinya, tapi tetap merupakan remake horor yang kualitasnya di atas rata-rata.

Urgh Moment: Ketika binatang entah apa namanya memasuki kelamin Mia

Beautiful Moment: Blood rain with little red dress

Scared-ass-shit Moment: Uncountable!! You can't count it.




Friday, May 3, 2013

Fifty Shades of Grey Movie Casting, Anyone?

          Tunggu sebentar! Saya mohon, jangan hanya karena kali ini saya mengkhususkan diri menulis tentang novel dewasa (dan luar biasa mesum) yang luar biasa sukses ini, lantas Anda menuduh dan menganggap saya juga mesum. Saya tiba-tiba saja ingin membahas tentang versi film novel ini yang sedang dalam tahap penggodokan. Saya pribadi benci sama novelnya karena tidak memiliki inti cerita, tata tulis yang luar biasa buruk dan buruk buruk buruk. Tapi tetap saja versi filmnya sangat saya tunggu karena saya ingin tahu apakah material yang buruk bisa dijadikan sebuah film yang baik tapi tetap panas. Mungkin sudah setengah tahun terakhir, situs-situs film dipenuhi update info terbaru tentang adaptasi novel ini ke film. Otomatis hal yang paling seru dibicarakan adalah siapa yang akan berperan sebagai pasangan terpanas dalam literatur (Nope! Bukan kamu Liz Bennett dan Mr. Darcy), yaitu Christian Grey dan Anastasia Steele. Oke kita mulai dengan Christian Grey.

CHRISTIAN GREY
1. Ian Somerhalder
    
    Saya sendiri tidak terlalu banyak tentang pemain utama serial Vampire Diaries ini, tapi berhubung saya adalah pelanggan tetap acara infotainment Hollywood (yang sayangnya tidak saya lakukan 4 bulan terakhir), saya jadi tahu siapa dia, terutama hubungan asmaranya dengan Nina Dobrev yang hmmm itu. Jujur, ketika membaya Fifty Shades of Grey (yang luar biasa jelek), saya membayangkan sosok Grey ya seperti dia. Rambut legam, tatapan mata yang dalam (Nicholas Saputra dalam Ada Apa dengan Cinta? mungkin?), tinggi semampai dengan tubuh layaknya model runway. Everything that connects with wealthy and sharp-looking-guy kan ada tuh di gambaran Grey dan apa yang Somerhalder miliki secara fisik sangat membuat dia pas berperan sebagai Christian Grey. Pertanyaannya adalah dapatkan Somerhalder berkating dengan baik sebagai Grey yang rapuh, pemangsa dan gelap itu? Yah bukunya sendiri sih ga ngegambarin hal-hal tersebut dengan baik karena terlalu sibuk mendeskripsikan kegiatan seks. Karena Somerhalder belum pernah saya liat main di film bagus, jadi kualitas aktingnya patut dipertanyakan.

2. Michael Fassbender
     
     I knooooooow he's a quite too old for this role. Tapi Fassbender punya apa yang tidak dimiliki oleh Somerhalder, yaitu kemampuan akting!!!! Ah Fassbender apalagi yang mau didebat soal aktingnya, hah? Oke dia mungkin terlalu tua untuk menjadi Grey tapi perannya di film Shame harusnya bisa menjadi referensi bagus kalau Fassbender bisa menjadi seorang "tycoon" pecandu seks yang seksi, menyeramkan, rapuh sekaligus menyedihkan. Just give him Steele and he's gonne rip her vajayjay off. :) Tunggu, siapa bilang Fassbender tidak memiliki fisik yang ada di Grey? Matanya cukup dalam, senyum bisa serem dan he could be tough version of Grey. 

3. Henry Cavill  
    
     He's fresh from Man of Steele suit and he could fly Steele to cloud 9 easily. Cavill si pemeran baru Superman mungkin bisa menjadi kandidat selanjutnya. Secara fisik cukup sesuai dengan penggambaran si Grey. Rambut legam, mata yang dalam walaupun kurang faktor X, yaitu tidak bisa semenggoda Grey. Hal yang dimiliki oleh Somerhalder dan Fassbender tetapi tidak terlalu dimiliki oleh Cavill. Aktingnya belum terlalu banyak untuk dilihat (Man of Steel baru rilis 14 Juni mendatang). Ia bisa dilihat di film 300-ish, Immortals. Mungkinkah dia yang akan memerankan si Grey mengingat namanya sedang panas-panasnya. 

Honorable Mentions: Stephen Amell (Arrow), Armie Hammer, Chris Evans, Alex Pettyfer, Alexander Skarsgaard

Just Forget Them: Robert Pattinson (Horror!), Channing Tatum (Too Boyish)

Need to Remember: Siapapun yang berperan sebagai Grey nantinya, harus siap untuk ditelanjangi secara harafiah, "bergelantungan" dan total dalam kepolosan. 


ANASTASIA STEELE

Yang perlu diingat, gambaran E.L. James (pengarang Fifty Shades of Grey) tentang Ana Steele adalah "menarik". Kenapa? Karena Steele sendiri tidak mengakui dirinya cantik tetapi bagi Grey, ia menggairahkan maka saya asumsikan Steele adalah dalam kategori perempuan menarik.

1. Alexis Bledel
    
    Usianya mungkin boleh saja telah menginjak 31 tahun tapi penampilannya masih seperti di awal 20an. Jujur selama membaca Fifty Shades, saya cukup susah lepas dari membayangkan sosok Bledel. Sosoknya yang imut dan pemalu terlihat cocok dengan gambaran yang tidak percaya diri. fisik Bledel pun seperti mendukung karena ia bukan tergolong wanita cantik tapi menarik. Lagipula kalau ia terpilih berperan sebagai Steele, peran ini bisa menjadi jalan kembalinya Bledel untuk diperhitungkan kembali di Hollywood setelah ia tidak lagi "bertaji" selepas Gilmore Girls dan dwilogi Sisterhood of Travelling Pants serta dapat menjadi cara membuang image-nya sebagai anak baik-baik. Dan sepertinya hal yang menarik untuk melihat Bledel polos

2. Anna Kendrick
   
     Oke, sepertinya Kendrick tidak akan repot-repot untuk memikirkan apakah ia akan mengambil peran ini.  Saya yakin sepenuhnya kalaupun ia ditawarkan peran ini, ia akan menolaknya karena pada dasarnya sepertinya ia lebih menyukai film-film kecil dengan cerita yang menarik daripada film yang ditunggu banyak orang. Tapi jujur loh Kendrick terkadang ada dalam imajinasi saya ketika membaca novel ini. Ia tidak cantik bahkan juga tidak menarik tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuat kita tertarik. Ia juga terlihat cerdas (perannya di Up in the Air mungkin). Apabila Kendrick memang mengambil peran ini, saya yakin ia akan meningkatkan standar gambaran seorang Anastasia Steele dari yang sudah ada di benak kita semua.

3. Dakota Fanning
    
    Dakota Fanning bagi saya kalah jauh cantiknya dengan adiknya, Elle Fanning bahkan bagi saya Dakota tidak cantik tapi memang dia menarik. Banyak peran telah ia perankan pasca kebesarannya sebagai aktris cilik tetapi belum ada satupun peran yang benar-benar menghapus image-nya sebagai aktris cilik atau belum ada peran dewawanya yang menggigit (Apa? Saga Twilight? Mati aja!). Maka peran Steele bisa menjadi jalan bagi dirinya untuk mengubah itu semua. Saya yakin kegemilangannya ketika cilik masih tersimpan pada dirinya ketika dewasa ini. Tapi jujur, agak serem sih harus liat dirinya tampil polos. 

Honorable Mentions: Shailene Woodley (Mary Jane yang baru di sekuel Amazing Spider-Man mendatang), Kristen Connolly

Just Forget Them: Kristen Stewart (HORROR BUNNY!), Emma Watson (Too Gorgeous)

Need to Remember: Tidak perlu operasi plastik untuk mendapatkan dada Pamela Anderson, perut Gwyneth Paltrow dan bokong JLo. Semakin "mentah" sepertinya semakin baik. :)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Intinya, saya mengharapkan versi filmnya tetap panas tetapi bisa jaaaaaauh lebih baik daripada versi novelnya yang begitu sampah. Semoga filmnya bisa menjadi thriller gelap yang erotis tetapi masih memiliki estetika dan berkelas. Mungkin bisa menjadi Basic Instinct generasi baru?



Thursday, May 2, 2013

Ulasan Film: IRON MAN 3


Pemain    : Robert Downey Jr., Gwyneth Palthrow, Guy Pearce, Don 
                  Cheadle, Rebecca Hall, Ty Simpkins, Ben Kingsley
Sutradara: Shane Black

       Tony Stark telah kembali! Iya memang secepat itu seakan-akan Stark sudah tidak tahan untuk tampil di layar perak. Iron Man 3 dibuka dengan kisah kilas balik Stark di Swiss, dimana saat itu Stark bertemu dengan Maya, seorang ahli tanaman muda yang sedang mengembangkan sebuah rekayasa DNA yang dapat menyembuhkan luka dengan cepat, dan memiliki "hubungan" singkat layaknya seorang Stark. Selain dengan Maya, dalam kisah balik juga dimunculkan karakter Killian yang merupakan seorang genetis yang merupakan penggemar hasil-hasil penemuan Maya. Dalam kisah balik tersebut, diceritakan Stark mengabaikan Killian, yang pada akhirnya sedikit banyak mempengaruhi sikap Killian terhadap Stark.
      Masuk ke masa kini, Stark ternyata mengalami serangan panik (anxiety attack) akibat petualangan terakhirnya bersama The Avengers sehingga membuat Stark mengalami gangguan tidur yang mengakibatkan ia senang mengutak-atik armor Iron Man-nya yang juga membuat hubungannya dengan Pepper Potts merenggang. Di saat bersaman muncul gangguan terorisme yang ditimbulkan oleh The Mandarin (yang diperankan oleh Ben Kingsley) yang makin memperumit kehidupan Stark terlebih ketika Stark mengumumkan konfrontasi terbuka terhadap Mandarin dengan memberitahukan alamat rumahnya di media nasional. Masalah makin rumit ketika Killian muncul kembali dalam kehidupan Stark, terutama Potts. 
      Jilid ketiga Iron Man ini, bagi saya merupakan sebuah peningkatan yang cukup besar setelah jilid keduanya yang membosankan dan mengecewakan (meskipun Mickey Rourke menarik disitu). Mungkin hal ini dipengaruhi bergantinya posisi sutradara yang kini berada di tangan Shane Black, sutradara yang menggarap film menarik Robert Downey Jr., Kiss Kiss Bang Bang di tahun 2005. Pengaruh Black sepertinya terasa dalam tone warna film, cerita yang sedikit lebih gelap daripada jilid-jilid sebelumnya dan juga humor yang renyah.
       Sebagai film musim panas dengan biaya amat besar, Iron Man 3 adalah tontonan yang sangat menghibur. Adegan aksinya seru. Adegan penyerbuan rumah Stark oleh helikopter-helikopter anak buah Killian berhasil membuat adrenalin cukup terpacu dan menjadi satu-satunya ajang 3D yang terasa bermanfaat (karena selain di adegan ini, tidak ada efek 3D yang tersa maksimal). Kostum-kostum Iron Man yang kali ini banyak jumlahnya dan kini bisa hanya dengan dipanggil dan akan terpasang otomatis. Munkin adegan yang paling sukai adalah pada saat Stark memakai kostum Iron Man dengan cara memanggilnya, bagaimana kostum tersebut terpakai sangat keren. Humor-humor yang ada di sepanjang film ini juga menghibur. Selain adegan tersebut, saya suka sekali dengan ke-bad ass-an seorang Pepper Potts. Bagaimana ternyata ia sekarang juga memakai kostum Iron Man (meskipun tidak disengaja). Potts (Palthgrow lebih tepatnya) terlihat luar biasa seksi dengan kegarangannya itu.
         Downey Jr. tampil dengan baik seperti biasanya. Palthrow dan Cheadle menjadi pemain pendukung yang pas. Begitu Jon Favreau yang bisa menimbulkan tawa setiap kali muncul. Untuk para pemain-pemain baru, yaitu Guy Pearce, Rebecca Hall dan Ben Kingsley juga tampil dengan baik. Pearce bermain layaknya antagonis langganan sekuel dengan pas. Kingsley juga berhasil menimbulkan rasa penasaran ketika ia masih dalam bentuk siaran TV (yang ternyata dengan berjalannya cerita tidak seseram itu, bahkan konyol dan janggal), tetapi mungkin angin segar datang dari Rebecca Hall yang meningkatkan standar kemenarikan dan keseksian seorang peneliti. Ia tidak cantik tapi auranya terpancar.
       Kalau ada kekurangan yang saya rasakan mungkin adalah tampilan Iron Man 3 yang sepanjang film lebih seperti program mahal dari saluran TV anak-anak, Nickelodeon, terlihat sekali produksi di dalam studionya. Mungkin memang disengaja seperti ini. Selain itu, gangguan yang saya rasakan adalah kurang kuatnya dasar seorang Stark mengalami gangguan mental seberat anxiety attack bahkan menurut saya kadang gangguan mental ini hanya terasa seperti bumbu. Jadi saya tidak benar-benar paham kenapa Stark bisa mengalami hal ini. 
       Terlepas dari kekurangannya, Iron Man 3 menetapkan standar tinggi bagi film-film besar musim panas tahun ini. Menghibur dan seru dengan beberapa twist kecil yang menarik sepanjang film.